Kamis, 02 Juni 2016

JENIS-JENIS PENELITIAN KUALITATIF

JENIS-JENIS PENELITIAN KUALITATIF



Penelitian kualitatif' adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

            Penelitian kualitatif jauh lebih subjektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

Berikut jenis-jenis penelitian kualitatif:


a.       Pendekatan Biografi




 Adalah penelitian kualitatif terhadap individu serta pengalamannya yang dituliskan dengan cara mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap  pengalaman menarik yang dapat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.


Pada tulisan Safari Daud, Biografi merupakan riwayat hidup tokoh yang ditulis oleh orang lain baik tokoh tersebut masih hidup atau sudah meninggal. Sedangkan riwayat hidup yang ditulis sendiri disebut otobiografi. (Daud, Safari, 2013)

Pada daur hidup seseorang, kelahiran sampai kematian, ada banyak kejadian yang dialami oleh individu. Pengalaman ini merupakan unsur yang sangat menarik untuk diketahui, dengan metode Biografi pengalaman yang terakumulasi direkam dan dipaparkan. Inilah yang membuat Biografi merupakan sejarah individual menyangkut tahapan kehidupan dan  pengalaman seseorang yang dialami dari waktu ke waktu.

 Ada beberapa varian dalam metode Biografi yang dijelaskan Daud, selain Biografi, ada otobiografi, Prosofografi dan Memoar. Jika Biografi ditulis oleh orang lain, Otobiografi dituliskan oleh individu itu sendiri. Sangat mirip dengan Memoar, bedanya pada fokus individu terhadap suatu kejadian atau fenomena saja. Pengelompokan tokoh tokoh atau individu mengenai cerita kehidupannya (Daud menyebutnya biografi kolektif) disebut dengan Prosofografi.

Kuntowijoyo dalam tulisan Daud memberikan dua macam biografi yaitu portrayal (portrait) dan
scientific  (ilmiah). Biografi dalam potret portrayal menurut Kunto adalah kategori  biografi dalam potret hanya mencoba memahami, kecenderungan metode biografi ini pada makna memahami sang tokoh sekaligus memberi makna. Biografi scientific menurut Kunto merupakan usaha menerapkan tokoh berdasarkan analisis ilmiah dengan penggunaan konsep-konsepo tertentu sehingga menjadi sejarah yang menerangkan.

Dalam ranah komunikasi, Biografi dapat dilakukan dalam penelusuran tokoh dan  pemikirannya sekaligus, yang mempengaruhi komunikasi baik secara keilmuan maupun praktek komunikasi. Bahan yang digunakan dalam metode biografi ini adalah dokumen (termasuk surat-surat pribadi), wawancara, tidak hanya dengan orang yang bersangkutan, tetapi juga dengan orang yang disekelilingnya dan lainnya.


b.       Pendekatan Studi Kasus




Pada buku edisi kedua Creswell, Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five Approaches, dikatakan bahwa penelitian studi kasus melibatkan studi dari masalah yang dieksplorasi melalui satu atau lebih kasus dalam sistem dibatasi (yaitu, pengaturan, konteks). Saya memilih untuk melihatnya sebagai metodologi, jenis desain kualitatif penelitian, atau objek studi, serta produk dari penyelidikan. Kasus penelitian studi adalah pendekatan kualitatif di mana peneliti mengeksplorasi suatu kasus atau beberapa dari waktu ke waktu, secara terperinci, pengumpulan data yang mendalam, melibatkan berbagai sumber informasi (misalnya, observasi, wawancara, materi audiovisual, dan dokumen dan laporan), dan laporan deskripsi kasus serta tema berbasis kasus.

 (Creswell, 2007). Creswell menyebutkan betapa dekatnya metode ini dengan peneliti peneliti bidang sosial,  psikologi, hukum (kasus hukum), dan ilmu politik (laporan kasus). Beberapa prosedur yang di simpulkan Creswell dari tulisan ( Merriam, 1998; Stake, 1995; Yin, 2003). Dan terutama pada  pendekatan (Stake, 1995) untuk melakukan studi kasus antara lain;

1.      Menentukan apakah pendekatan studi kasus tepat untuk masalah penelitian. Studi kasus adalah pendekatan yang tepat ketika peneliti telah jelas mengidentifikasi kasus dengan dengan batasan batasan dan berusaha untuk memberikan pemahaman mendalam tentang kasus atau membandingkan beberapa kasus.
2.      Mengidentifikasi Masalah atau kasus. Kasus bisa saja melibatkan individu, beberapa individu, program, acara, atau kegiatan. Dalam melakukan penelitian studi kasus, Creswell menyarankan agar peneliti mempertimbangkan jenis studi kasus yang paling tepat.
3.      Selanjutnya melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dalam penelitian studi kasus biasanya luas, menggambarkan sumber sumber informasi melalui observasi, wawancara, dokumen, dan bahan audiovisual. Sebagai contoh, Yin (2003) merekomendasikan enam jenis informasi untuk mengumpulkan: dokumen, catatan arsip, wawancara, observasi langsung, observations participant-, dan artefak fisik.
4.      Memberikan penjelasan rinci tentang setiap kasus dan tema dalam kasus ini, yang disebut analisis dalam kasus, diikuti dengan analisis tematik seluruh kasus, yang disebut analisis lintas kasus, serta sebagai pernyataan atau interpretasi makna kasus ini.
5.      Pada tahap akhir adalah memberikan kesimpulan. Peneliti melaporkan makna kasus ini, apakah makna yang berasal dari belajar tentang isu kasus (kasus instrumental) atau  belajar tentang situasi yang tidak biasa (kasus intrinsik).


c.        Pendekatan Fenomenologi




 Istilah fenomenologi digunakan untuk menandai suatu metode filsafat yang ditentukan oleh Edmund Husserl. Menurut Leiter, Husserl berusaha mengembangkan suatu fenomenologi transcendental, yang berbeda dengan fenomenologi eksistensial. Kedua fenomenologi tersebut sama-sama memusatkan perhatian pada soal kesadaran (consciousness).


Sumbangan pemikiran Husserl lainnya adalah konsepnya tentang natural attitude. Konsep inilah yang menghubungkan filsafat fenomenologi dengan sosiologi. Lewat konsep ini Husserl ingin mengemukakan bahwa Ego yang berada dalam situasi tertentu biasanya menggunakan penalaran yang sifatnya praktis, seperti dalam kehidupan sehari-hari.  Natural attitude ini disebut juga commonsense reality. Oleh Husserl, natural attitude ini dibedakan dengan theoretical attitude dan myticalreligious attitude. Dengan perbedaan ini Husserl meletakkan salah satu ide pokok yang kemudian dikembangkan oleh Shutz yang mengaitkan attitude dengan bisa tidaknya terjadi proses interaksi social.

Fenomenologis ecara ringkas bahwa pendekatan fenomenologi bertujuan memperoleh interpretasi terhadap pemahaman manusia (subyek) atas fenomena yang tampak dan makna dibalik yang tampak, yang mencul dalam kesadaran manusia (subyek), untuk dapat mengetahui aspek subyektif tindakan orang dalam kehidupan sehari-hari kita harus masuk kedalam dunia kesadaran (konseptual) subyek yang diteliti.
               
 Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

d.      Pendekatan Etnografi dan Etnografi Komunikasi

 Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi merupakan proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam  pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap  perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.

 Sedangkan etnografi menurut W Penn Handwerker (2002) dalam Sugito (2010), menyangkut produk dan proses riset yang terdokumentasi mengenai apa, dan bagaimana orang-orang mengetahui, merasakan, dan melakukan dengan cara spesifik di dalam sejarah hidup individu. Etnografi mencakup peristiwa yang berkaitan dengan global dan proses deskriptif, koperatif dan analisis budaya yang bersifat menjelaskan. Membandingkan dan memperhatikan variabilitas`budaya antara kelompok sosial yang mendasar tetapi juga variabilitas budaya antara antarindividu.

 Praktik etnografi merupakan pemaknaan, menjelaskan fenomena dan variasi antarbudaya. Memperhatikan dan menghiraukan variabilitas budaya antarindividu, membuat kenyataan kenyataan kelompok sosial, keberadaan budaya, dan penempatan tentang batasan budaya dipolakan pada poin-poin suatu pemahaman dengan teliti untuk menandai budaya yang utuh (W Penn Handwerker, 2002).

Pemahaman etnografi menjadikan orang mempunyai pengalaman bekerjasama dengan suatu populasi spesifik yang memberikan isyarat yang sangat penting adalah perbedaan budaya  baru yang berlangsung di sekitar kita. Studi etnografi merupakan salah satu deskripsi tentang cara masyarakat berpikir, hidup, dan berprilaku.

Schensul dan Lacompte (1999) dalam Sugito (2010), mendefinisikan etnografi sebagai: 1) suatu pendekatan ke arah pelajaran tentang sosial dan hidup masyarakat difokuskan pada  budaya, institusi, dan sistem pengaturan lain yang ilmiah; 2) investigatif menggunakan peneliti sebagai alat pengumpul data yang utama; 3) menggunakan metoda riset kaku dan teknik data-collecting untuk menghindari penyimpangan dan memastikan ketelitian data; 4) menekankan dan  berdasarkan pada perspektif orang di dalam riset yang menentukan; 5) induktif, membangun teori lokal untuk menguji dan mengadaptasikannya untuk penggunaan kedua-duanya di tempat lain.

Menurut Hymes (1974), istilah etnografi komunikasi sendiri menunjukkan cakupan kajian berlandaskan etnografi dan komunikasi.. Cakupan kajian tidak dapat dipisah-pisahkan, misalnya hanya mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi, lalu menghubung-hubungkannya. Fokus kajiannya meneliti secara langsung terhadap penggunaan  bahasa dalam konteks situasi tertentu, sehingga dapat mengamati dengan jelas pola-pola aktivitas tutur, dan kajiannya diupayakan tidak terlepas (secara terpisah-pisah), misalnya tentang gramatika (seperti dilakukan oleh linguis), tentang kepribadian (seperti psikologi), tentang struktur sosial (seperti sosiologi), tentang religi (seperti etnologi), dan sebagainya. Dalam kaitan dengan landasan itu, seorang peneliti tidak dapat membentuk bahasa, atau bahkan tutur, sebagai kerangka acuan yang sempit. Peneliti harus mengambil konteks suatu komunitas (community),
 atau jaringan orang-orang, lalu meneliti kegiatan komunikasinya secara menyeluruh, sehingga tiap penggunaan saluran atau kode komunikasi selalu merupakan bagian dari khasanah komunitas yang diambil oleh para penutur ketika dibutuhkan.


e.       Pendekatan Grounded Theory




 Grounded theory dikemukakan oleh Barney Glaser dan Anselm Strauss yang menyatakan ...the discovery of theory from data which we call Grounded theory...

atau dengan kata lain , teori harus dibangun beralas (grouended) pada data.... Grounded theory merujuk pada teori yang dibangun secara indektif dari suatu kumpulan data.

Pada penelitian dengan menggunakan strategi ini, peneliti langsung terjun ke lapangan tanpa membawa rancangan konseptual, teori, dan hipotesis tertentu. Glesser dan Strauss mengetengahkan dua jenis teori, yaitu teori substantive tertentu, atau empiris, dari pengamatan  bersifat sosiologis, seperti perawatan pasien, pendidikan professional, kenakalan atau  penyimpangan adapt, hubungan ras, atau organisasi/badan penelitian. Sedangkan teori formal ditemukan dan dibentuk untuk kawasan kategori konseptual teoritik atau untuk bidang  pengamatan sosiologis formal atau konseptual, seperti tanda cacat, tingkah laku yang menyimpang dari adapt, organisasi formal, sosialisasi, kekuasaan, dan kekuatan sosial, atau mobilitas sosial.

Menurut Schlegel dan Stern, ada tiga elemen dasar dari grounded theory, yang masing-masing tidak terpisahkan satu dengan yang lain, yaitu (1) konsep; (2) kategori; (3) proposisi.
1)      Konsep Dalam grounded theory, teori dibangun dari konsep, bukan langsung dari data itu sendiri. Sedangkan konsep diperoleh melalui konseptualitas dari data. Tipe konsep yang harus dirumuskan ada dua ciri pokok, yaitu (1) konsep itu haruslah analitis-telah cukup digeneralisasikan guna merancang dan menentukan cirri-ciri kesatuan yang kongkrit, tetapi  bukan kesatuan itu sendiri; dan (2) konsep juga harus bisa dirasakan artinya bisa mengemukakan gambaran penuh arti, ditambah dengan ilustrasi yang tepat, yang memudahkan orang bisa menangkap referensinya dari segi pengalamannya sendiri.
2)      Kategori Kategori adalah unsur konseptual dari suatu teori, sedangkan kawasannya adalah aspek atau unsur suatu kategori. Kategori maupun kawasannya adalah konsep yang ditujukan oleh data yang pada mulanya menyatakannya, maka kategori dan kawasannya ini akan tetap, jadi tidak akan berubah atau menjadi lebih jelas ataupun meniadakan.
3)      Proposisi atau Hipotesis Pada elemen ketiga ini, pada awalnya Glaser dan Strauss (1967) menyebut sebagai hipotesis, tetapi istilah proposisi tampaknya dianggap paling tepat. Hal ini dikarenakan disadari bahwa  proposisi menunjukkan adanya hubungan konseptual, sedangkan hipotesis lebih menunjuk  pada hubungan terukur. Dalam grounded theory yang dihasilkan adalah hubungan konseptual, bukan hubungan terukur sehingga digunakan istilah-istilah proposisi. Hipotesis dalam penelitian grounded adalah suatu pernyataan ilmiah yang terus dikembangkan.

 Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu. Situasi di mana individu saling berhubungan,  bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari  pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar