JENIS-JENIS PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian
kualitatif' adalah
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu
landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan
mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan
penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari
teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori
yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan
suatu “teori”.
Penelitian
kualitatif jauh lebih subjektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda
dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara
secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah
penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif
kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.
Berikut jenis-jenis penelitian kualitatif:
a. Pendekatan Biografi
Adalah
penelitian kualitatif terhadap individu serta pengalamannya yang dituliskan
dengan cara mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah
mengungkap pengalaman menarik yang dapat mempengaruhi atau mengubah hidup
seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut
memposisikan dirinya sendiri.
Pada
tulisan Safari Daud, Biografi merupakan riwayat hidup tokoh yang ditulis oleh
orang lain baik tokoh tersebut masih hidup atau sudah meninggal. Sedangkan
riwayat hidup yang ditulis sendiri disebut otobiografi. (Daud, Safari, 2013)
Pada
daur hidup seseorang, kelahiran sampai kematian, ada banyak kejadian yang
dialami oleh individu. Pengalaman ini merupakan unsur yang sangat menarik untuk
diketahui, dengan metode Biografi pengalaman yang terakumulasi direkam dan
dipaparkan. Inilah yang membuat Biografi merupakan sejarah individual
menyangkut tahapan kehidupan dan pengalaman seseorang yang dialami dari
waktu ke waktu.
Ada beberapa varian dalam metode Biografi yang
dijelaskan Daud, selain Biografi, ada otobiografi, Prosofografi dan Memoar.
Jika Biografi ditulis oleh orang lain, Otobiografi dituliskan oleh individu itu
sendiri. Sangat mirip dengan Memoar, bedanya pada fokus individu terhadap suatu
kejadian atau fenomena saja. Pengelompokan tokoh tokoh atau individu mengenai cerita
kehidupannya (Daud menyebutnya biografi kolektif) disebut dengan Prosofografi.
Kuntowijoyo
dalam tulisan Daud memberikan dua macam biografi yaitu portrayal (portrait) dan
scientific
(ilmiah). Biografi dalam potret
portrayal menurut Kunto adalah kategori biografi dalam potret hanya
mencoba memahami, kecenderungan metode biografi ini pada makna memahami sang
tokoh sekaligus memberi makna. Biografi scientific menurut Kunto merupakan
usaha menerapkan tokoh berdasarkan analisis ilmiah dengan penggunaan
konsep-konsepo tertentu sehingga menjadi sejarah yang menerangkan.
Dalam
ranah komunikasi, Biografi dapat dilakukan dalam penelusuran tokoh dan
pemikirannya sekaligus, yang mempengaruhi komunikasi baik secara keilmuan
maupun praktek komunikasi. Bahan yang digunakan dalam metode biografi ini
adalah dokumen (termasuk surat-surat pribadi), wawancara, tidak hanya dengan
orang yang bersangkutan, tetapi juga dengan orang yang disekelilingnya dan
lainnya.
b. Pendekatan Studi Kasus
Pada
buku edisi kedua Creswell, Qualitative Inquiry & Research Design Choosing
Among Five Approaches, dikatakan bahwa penelitian studi kasus melibatkan studi
dari masalah yang dieksplorasi melalui satu atau lebih kasus dalam sistem
dibatasi (yaitu, pengaturan, konteks). Saya memilih untuk melihatnya sebagai
metodologi, jenis desain kualitatif penelitian, atau objek studi, serta produk
dari penyelidikan. Kasus penelitian studi adalah pendekatan kualitatif di mana peneliti
mengeksplorasi suatu kasus atau beberapa dari waktu ke waktu, secara
terperinci, pengumpulan data yang mendalam, melibatkan berbagai sumber
informasi (misalnya, observasi, wawancara, materi audiovisual, dan dokumen dan
laporan), dan laporan deskripsi kasus serta tema berbasis kasus.
(Creswell, 2007). Creswell menyebutkan betapa
dekatnya metode ini dengan peneliti peneliti bidang sosial, psikologi,
hukum (kasus hukum), dan ilmu politik (laporan kasus). Beberapa prosedur yang
di simpulkan Creswell dari tulisan ( Merriam, 1998; Stake, 1995; Yin, 2003).
Dan terutama pada pendekatan (Stake, 1995) untuk melakukan studi kasus
antara lain;
1. Menentukan apakah pendekatan studi
kasus tepat untuk masalah penelitian. Studi kasus adalah pendekatan yang tepat
ketika peneliti telah jelas mengidentifikasi kasus dengan dengan batasan
batasan dan berusaha untuk memberikan pemahaman mendalam tentang kasus atau
membandingkan beberapa kasus.
2. Mengidentifikasi
Masalah atau kasus. Kasus bisa saja melibatkan individu, beberapa individu, program, acara, atau
kegiatan. Dalam melakukan penelitian studi kasus, Creswell menyarankan agar
peneliti mempertimbangkan jenis studi kasus yang paling tepat.
3. Selanjutnya melakukan pengumpulan
data. Pengumpulan data dalam penelitian studi kasus biasanya luas,
menggambarkan sumber sumber informasi melalui observasi, wawancara, dokumen,
dan bahan audiovisual. Sebagai contoh, Yin (2003) merekomendasikan enam jenis
informasi untuk mengumpulkan: dokumen, catatan arsip, wawancara, observasi
langsung, observations participant-, dan artefak fisik.
4. Memberikan penjelasan rinci tentang
setiap kasus dan tema dalam kasus ini, yang disebut analisis dalam kasus,
diikuti dengan analisis tematik seluruh kasus, yang disebut analisis lintas kasus, serta sebagai pernyataan atau
interpretasi makna kasus ini.
5. Pada tahap akhir adalah memberikan
kesimpulan. Peneliti melaporkan makna kasus ini, apakah makna yang berasal dari
belajar tentang isu kasus (kasus instrumental) atau belajar tentang
situasi yang tidak biasa (kasus intrinsik).
c. Pendekatan Fenomenologi
Istilah
fenomenologi digunakan untuk menandai suatu metode filsafat yang ditentukan
oleh Edmund Husserl. Menurut Leiter, Husserl berusaha mengembangkan suatu
fenomenologi transcendental, yang berbeda dengan fenomenologi eksistensial.
Kedua fenomenologi tersebut sama-sama memusatkan perhatian pada soal kesadaran
(consciousness).
Sumbangan
pemikiran Husserl lainnya adalah konsepnya tentang natural attitude. Konsep
inilah yang menghubungkan filsafat fenomenologi dengan sosiologi. Lewat konsep
ini Husserl ingin mengemukakan bahwa Ego yang berada dalam situasi tertentu
biasanya menggunakan penalaran yang sifatnya praktis, seperti dalam kehidupan
sehari-hari. Natural attitude ini disebut juga commonsense reality. Oleh Husserl, natural attitude ini
dibedakan dengan theoretical attitude dan
myticalreligious attitude. Dengan perbedaan ini Husserl meletakkan salah
satu ide pokok yang kemudian dikembangkan oleh Shutz yang mengaitkan attitude
dengan bisa tidaknya terjadi proses interaksi social.
Fenomenologis
ecara ringkas bahwa pendekatan fenomenologi bertujuan memperoleh interpretasi
terhadap pemahaman manusia (subyek) atas fenomena yang tampak dan makna dibalik
yang tampak, yang mencul dalam kesadaran manusia (subyek), untuk dapat
mengetahui aspek subyektif tindakan orang dalam kehidupan sehari-hari kita
harus masuk kedalam dunia kesadaran
(konseptual) subyek yang diteliti.
Penelitian fenomenologi mencoba
menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari
oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan
dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau
memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi
menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar
tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche
adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep
epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal
tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
d. Pendekatan Etnografi dan Etnografi
Komunikasi
Etnografi
adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti
menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara
hidup. Etnografi merupakan proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai
proses, etnografi melibatkan
pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam
pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden
atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti
mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi
dalam kelompok.
Sedangkan etnografi menurut W Penn Handwerker
(2002) dalam Sugito (2010), menyangkut produk dan proses riset yang
terdokumentasi mengenai apa, dan bagaimana orang-orang mengetahui, merasakan,
dan melakukan dengan cara spesifik di dalam sejarah hidup individu. Etnografi
mencakup peristiwa yang berkaitan dengan global dan proses deskriptif,
koperatif dan analisis budaya yang bersifat menjelaskan. Membandingkan dan
memperhatikan variabilitas`budaya antara kelompok sosial yang mendasar tetapi
juga variabilitas budaya antara antarindividu.
Praktik etnografi merupakan pemaknaan,
menjelaskan fenomena dan variasi antarbudaya. Memperhatikan dan menghiraukan
variabilitas budaya antarindividu, membuat kenyataan kenyataan kelompok sosial,
keberadaan budaya, dan penempatan tentang batasan budaya dipolakan pada
poin-poin suatu pemahaman dengan teliti untuk menandai budaya yang utuh (W Penn
Handwerker, 2002).
Pemahaman
etnografi menjadikan orang mempunyai pengalaman bekerjasama dengan suatu
populasi spesifik yang memberikan isyarat yang sangat penting adalah perbedaan
budaya baru yang berlangsung di sekitar kita. Studi etnografi merupakan
salah satu deskripsi tentang cara masyarakat berpikir, hidup, dan berprilaku.
Schensul
dan Lacompte (1999) dalam Sugito (2010), mendefinisikan etnografi sebagai: 1)
suatu pendekatan ke arah pelajaran tentang sosial dan hidup masyarakat
difokuskan pada budaya, institusi, dan sistem pengaturan lain yang
ilmiah; 2) investigatif menggunakan peneliti sebagai alat pengumpul data yang
utama; 3) menggunakan metoda riset kaku dan teknik data-collecting untuk
menghindari penyimpangan dan memastikan ketelitian data; 4) menekankan dan berdasarkan
pada perspektif orang di dalam riset yang menentukan; 5) induktif, membangun
teori lokal untuk menguji dan mengadaptasikannya untuk penggunaan kedua-duanya
di tempat lain.
Menurut
Hymes (1974), istilah etnografi komunikasi sendiri menunjukkan cakupan kajian
berlandaskan etnografi dan komunikasi.. Cakupan kajian tidak dapat
dipisah-pisahkan, misalnya hanya mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik,
psikologi, sosiologi, etnologi, lalu menghubung-hubungkannya. Fokus kajiannya meneliti
secara langsung terhadap penggunaan bahasa dalam konteks situasi
tertentu, sehingga dapat mengamati dengan jelas pola-pola aktivitas tutur, dan
kajiannya diupayakan tidak terlepas (secara terpisah-pisah), misalnya tentang
gramatika (seperti dilakukan oleh linguis), tentang kepribadian (seperti
psikologi), tentang struktur sosial (seperti sosiologi), tentang religi
(seperti etnologi), dan sebagainya. Dalam kaitan dengan landasan itu, seorang
peneliti tidak dapat membentuk bahasa, atau bahkan tutur, sebagai kerangka
acuan yang sempit. Peneliti harus mengambil konteks suatu komunitas (community),
atau
jaringan orang-orang, lalu meneliti kegiatan komunikasinya secara menyeluruh,
sehingga tiap penggunaan saluran atau kode komunikasi selalu merupakan bagian
dari khasanah komunitas yang diambil oleh para penutur ketika dibutuhkan.
e. Pendekatan Grounded Theory
Grounded
theory dikemukakan oleh Barney Glaser dan Anselm Strauss yang menyatakan ...the discovery of theory from data which we
call Grounded theory...
atau
dengan kata lain , teori harus dibangun beralas (grouended) pada data....
Grounded theory merujuk pada teori yang dibangun secara indektif dari suatu
kumpulan data.
Pada
penelitian dengan menggunakan strategi ini, peneliti langsung terjun ke
lapangan tanpa membawa rancangan konseptual, teori, dan hipotesis tertentu.
Glesser dan Strauss mengetengahkan dua jenis teori, yaitu teori substantive
tertentu, atau empiris, dari pengamatan bersifat sosiologis, seperti
perawatan pasien, pendidikan professional, kenakalan atau penyimpangan
adapt, hubungan ras, atau organisasi/badan penelitian. Sedangkan teori formal ditemukan
dan dibentuk untuk kawasan kategori konseptual teoritik atau untuk bidang
pengamatan sosiologis formal atau konseptual, seperti tanda cacat,
tingkah laku yang menyimpang dari adapt, organisasi formal, sosialisasi,
kekuasaan, dan kekuatan sosial, atau mobilitas sosial.
Menurut
Schlegel dan Stern, ada tiga elemen dasar dari grounded theory, yang
masing-masing tidak terpisahkan satu dengan yang lain, yaitu (1) konsep; (2)
kategori; (3) proposisi.
1) Konsep Dalam grounded theory, teori
dibangun dari konsep, bukan langsung dari data itu sendiri. Sedangkan konsep
diperoleh melalui konseptualitas dari data. Tipe konsep yang harus dirumuskan
ada dua ciri pokok, yaitu (1) konsep itu haruslah analitis-telah cukup
digeneralisasikan guna merancang dan menentukan cirri-ciri kesatuan yang
kongkrit, tetapi bukan kesatuan itu sendiri; dan (2) konsep juga harus
bisa dirasakan artinya bisa mengemukakan gambaran penuh arti, ditambah dengan
ilustrasi yang tepat, yang memudahkan orang bisa menangkap referensinya dari
segi pengalamannya sendiri.
2) Kategori Kategori adalah unsur
konseptual dari suatu teori, sedangkan kawasannya adalah aspek atau unsur suatu
kategori. Kategori maupun kawasannya adalah konsep yang ditujukan oleh data
yang pada mulanya menyatakannya, maka kategori dan kawasannya ini akan tetap,
jadi tidak akan berubah atau menjadi lebih
jelas ataupun meniadakan.
3) Proposisi atau
Hipotesis Pada
elemen ketiga ini, pada awalnya Glaser dan Strauss (1967) menyebut sebagai
hipotesis, tetapi istilah proposisi tampaknya dianggap paling tepat. Hal ini
dikarenakan disadari bahwa proposisi menunjukkan adanya hubungan
konseptual, sedangkan hipotesis lebih menunjuk pada hubungan terukur.
Dalam grounded theory yang dihasilkan adalah hubungan konseptual, bukan
hubungan terukur sehingga digunakan istilah-istilah proposisi. Hipotesis dalam
penelitian grounded adalah suatu pernyataan ilmiah yang terus dikembangkan.
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan
arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded
theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan
dengan situasi tertentu. Situasi di mana individu saling berhubungan,
bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu
peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu
teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar